Duration 14:35

KISAH NYATA Kesaktian sapi Nabi Musa yg bisa menghidupkan orang mati hanya dengan ekornya_ALBAQARAH

4 828 watched
0
88
Published 25 Sep 2020

Menurut para ulama, kisah ini terjadi setelah dihancurkannya patung anak sapi yang disembah oleh sebagian besar Bani Isr41l yang menyertai Nabi Musa alaihis salam. Hal itu menunjukkan dengan jelas, betapa rendahnya sesuatu yang mereka sembah selain Allah subhanahu wa ta’ala. Ketika sapi itu masih hidup saja ia sudah tidak berdaya saat akan dis3mb3lih, terlebih jika ia hanyalah sebuah benda mati yang tuli dan bisu. Mungkin—wallahu a’lam—kisah penyembelihan sapi betina ini adalah salah satu bentuk rahmat dan karunia Allah subhanahu wa ta’ala kepada Bani Isr41l. Dengan memerintahkan mereka untuk meny3mb3lih seekor sapi betina ini, sisa-sisa pengaruh kesy1rik4n dan kes3sat4n yang pernah mereka lakukan akan hilang. Keyakinan mereka bahwa hanya Allah subhanahu wa ta’ala yang berhak disembah pun akan semakin kukuh. Kisah ini—secara lengkap dan detail—bersumber dari sebagian cerita Isr4iliy4t. Akan tetapi, kisah ini termasuk kisah yang boleh diriwayatkan, meskipun kebenaran ataupun kebatilannya tidak dapat kita pastikan secara mutlak. Oleh sebab itu, kisah ini (dan kisah-kisah Isr4iliyat lainnya) harus dirujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah. Jika kisah tersebut sesuai dengan keduanya, berarti ia adalah kisah yang benar adanya. Namun, jika ia tidak sesuai, ia adalah kisah batil yang harus ditolak. Adapun riwayat yang menceritakan secara detail mengenai kisah mereka dan sampai kepada kita, ia (kisah tersebut) disebutkan melalui as-Suddi, Abul Aliyah, dan Abidah as-Salmani rahimahumullah. Riwayat-riwayat ini dikeluarkan oleh para imam kaum muslimin, seperti Ibnu Jarir ath-Thabari, Ibnu Abi Hatim, Ibnul Mundzir, dan al-Baihaqi rahimahumullah. Awal Kejadian Alkisah—menurut riwayat-riwayat tersebut—di zaman dahulu, ketika Bani Israil masih hidup bersama Nabi Musa alaihis salam, hiduplah seorang hartawan dengan kekayaan yang berlimpah. Hartawan tersebut tidak memiliki anak yang akan mewarisi hartanya. Namun, ia masih memiliki kerabat yang akan mewarisi hartanya apabila dia meninggal dunia. Pada suatu hari, hartawan itu ditemukan terb4n4h. Jen4zahnya tergeletak di depan rumah salah seorang penduduk desa. Keesokan harinya, sang kerabat mendatangi desa tersebut dan melihat jen4zah hartawan itu—yang tidak lain adalah pamannya sendiri. Ia segera menjerit dan meratap. Dia memandangi orang-orang di sekitarnya dan menuduh bahwa merekalah yang membunuh pamannya. Tentu saja mereka mengingkarinya; situasi pun memanas. Keributan yang berujung pada perkelahian hampir saja terjadi, hingga salah seorang dari mereka, yang terkenal akan kepandaiannya, berusaha menengahi mereka. “Untuk apa kalian berkelahi dan saling m3mb4nuh? Bukankah di tengah-tengah kita ada utusan Allah, Musa alaihis salam? Mari kita menanyakan urusan ini kepada beliau.” Mereka segera menemui Nabi Musa alaihis salam dan menceritakan apa yang baru saja terjadi. Nabi Musa alaihis salam pun berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan meminta petunjuk tentang kejadian tersebut. Kemudian, Allah subhanahu wa ta’ala mewahyukan agar menyampaikan kepada Bani Isr41l, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memerintah mereka untuk meny3mb3lih seekor sapi. Rasa heran menyelimuti mereka. Nabi Musa alaihis salam tidak menyebutkan pelakunya, tetapi justru menyuruh mereka untuk meny3mb3lih seekor sapi. “Apakah kamu hendak menjadikan kami sebagai bahan ejekan?” tanya mereka. “Aku berlindung kepada Allah (jangan sampai aku) termasuk orang-orang yang jahil (bodoh),” kata Nabi Musa alaihis salam. Kemudian mereka bertanya kepada beliau, “Berapa usia sapi itu?” “Tidak muda, tidak pula tua. Pertengahan di antara keduanya. Sekarang, kerjakanlah apa yang telah diperintahkan kepada kalian!” titah beliau. Namun, mereka masih juga bertanya, “Apa warna sapi itu?” “Kuning tua dan enak dipandang,” kata beliau. Mereka kembali bertanya, “Bagaimana keadaan sapi itu? Semoga kami mendapatkan petunjuk, insya Allah.” “Sapi itu tidak pernah digunakan untuk membajak sawah, memberi minum tanaman, dan ia juga bersih dari cacat,” kata beliau menerangkan. “Sekarang, barulah engkau telah menerangkannya dengan gamblang,” jawab mereka. Baca juga: Nabi Musa Menerima Taurat Setelah mendapatkan jawaban dari Nabi Musa alaihis salam, mereka berkeliling mencari sapi yang dimaksud. Inilah kesalahan mereka. Seandainya mereka langsung mengerjakan perintah Allah subhanahu wa ta’ala yang disampaikan oleh Nabi Musa alaihis salam, tentu mereka tidak akan dibuat susah untuk mencarinya. Ketika mereka hampir putus asa mencari sapi yang dimaksud, mereka tiba di sebuah desa. Di sana ada seorang anak yatim yang hidup sederhana https://www.instagram.com/aqilahfashion_niyah/?hl=id https://www.facebook.com/nadiful.ulum.1 https://www.facebook.com/nieyah.virgo https://www.instagram.com/anista.beauty_msglow/

Category

Show more

Comments - 15